Menjadi Bapak untuk Anak-anakku

Ternyata waktu berjalan terasa begitu cepat. Hingga tak terasa kami sudah diberikan rezeki Oleh Tuhan YME, dengan dikaruniai 2 anak yaitu anak pertama laki- laki dan anak kedua perempuan. Hari itu tanggal 15 September 2020, merupakan hari yang penting dan membahagiakan bagi kami. Anak saya yang kedua lahir dengan normal di tempat Ibu bidan samping rumah.

Barangkali proses kelahiran ini, semua sudah rencana Tuhan. Anak kedua ini lahir, tanpa kehadiran Bapak disamping Ibunya. Saya tidak bisa memceritakan bagaimana perasaan yang terjadi kala itu, hanya perasaan maaf dan bahagia bercampur di hatiku, tatkala masih dalam perjalanan menuju Pulau Jawa. Saya sudah merencanakan untuk izin cuti pada tanggal 15 Sepetember dan tiket sudah terbeli tanggal itu.

Doc. WAG Mama Omera 15 SEPTEMBER 2020

Saya sendiri memilih tanggal itu karena prediksi hasil USG Dokter kandungan, diperkirakan lahir pada tanggal 20 Sepetember 2020. Manusia hanya bisa berencana, namun ketentuan ada di tangan Tuhan. Alhamdulillah ternyata anak kami lahir, lima hari lebih cepat dari hasil prediksi USG. Singkat cerita kala itu dikabari saat masih berada disebuah hotel, lokasinya berdekatan dengan bandara.

Rasa bahagia datang, namun rasa penyesalan juga datang berbarengan. Karna saya tidak bisa mendapingi, disebelah istriku saat melahirkan anak kedua ini. Begitu sampai di rumah mertuaku di daearah Parakan, Kab. Temanggung, Istriku bercerita mengapa memilih melahirkan di dekat rumah. Salah satu alasannya, Omera anak pertama kami sangat aktif. Pada umumnya anak berusia 3 tahun, pasti masih lengket dengan Ibunya.

Sedangkan hasil pemeriksaan terakhir dengan Dokter kandungan, semua hasilnya bagus dan posisi si jabang bayi siap untuk segara keluar dari rahim ibunya. Sehingga istriku memilih melahirkan di rumah Ibu Bidan, samping rumah yang jaraknya kurang dari 200 m. Jika Omera nanti mencarinya, juga tidak terlalu jauh dan bisa segera pulang kerumah setelah melahirkan.

Saya sendiri tidak banyak berbicara hanya ucapan syukur saja yang terlontar dibibir, karena anak kami yang ke dua lahir dengan sehat dan lancar. Prosesnya begitu sangat cepat, tidak seperti anak kami yang pertama.Pada pukul 05.30 istriku meminta tetangga untuk mengantar ke tempat Ibu bidan. Sedangkan Kakung dan Utinya, menemani anak pertamaku. Pada pukul 06.10 WIB. Anak kedua kami lahir secara nomal dan lancar.

Selang beberapa jam anak pertama Omera mengabariku, “Pah aku sudah punya adek cantik”. Seketika saya terdiam, hanya mengucapkan alhamdulillah. Sepanjang perjalanan ada rasa penyesalan, namun juga bahagia. Saya bersyukur sekali, karena prosesnya dimudahkan dan dilancarkan, dan rasa penyesalannya karena tanpa adanya saya disamping istriku.

Tiba- tiba saya teringat tentang “hakekat belajar’ yaitu “merupakan sebuah proses yang komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya” (Nur Iwantoro dan Yusuf Suryana,2016 :53).

Saya sekarang sudah menjadi Bapak dengan dua anak. Perasaan bahagia masih menyelimuti keluarga kami. Saya sendiri masih merasa, antara percaya dan tidak percaya. Dalam hatiku bertanya “Apakah saya sudah pantas menjadi seorang bapak?”, Apakah hal semacam ini, suatu perasaan serupa juga pernah kalian rasakan?

4 komentar untuk “Menjadi Bapak untuk Anak-anakku”

  1. rasa-rasane ngetik iki gak pake mikir yo Mas? labas wae ne ngetik tanpa rem, hahahha ????

    sedikit ikut bisa merasakan rasa yang dirasakan sang bapak, alhamdulillah ya Mas semua berjalan lancar tanpa kendala berarti, ikut terharu ?

Tinggalkan Balasan ke Rossi Dwi FebriantoBatalkan balasan